Penggalangan Dana Lewat Media Sosial Media

Media sosial, penggerak penggalangan dana secara online

Penggalangan dana lewat internet mulai marak ketika kasus Prita Mulyasari, yang dikenai denda 204 juta rupiah akibat mengadukan pelayanan buruk Rumah Sakit OMNI Internasional lewat email. Kabar ini tersebar cepat dan menarik perhatian netizen. Mereka dengan cepat merespon kabar tersebut, dan berhasil mengumpulkan uang lebih daripada yang dibutuhkan.

Banyak cerita lain mengenai cerita kesuksesan penggalangan dana lewat media sosial. Contohnya, Saeni, yang sukses menggalang dana berkat kampanye twitter. Cerita lainnya adalah penggalangan dana ‘Koin Untuk Australia’ dan ‘Koin KPK’. Penggalangan dana bahkan tidak hanya sukses di ranah kemanusiaan, namun juga politik.

Menurut penelitian dari Georgetown University yang dilansir oleh tirto.id, dari 2.004 responden 76% persen menyatakan setuju untuk mempengaruhi orang lebih peduli sosial lewat postingan media sosial. Dari penelitian tersebut juga mendapat hasil 82% orang menyatakan media sosial dapat membuat orang lebih bersimpati pada isu tersebut dan 55% orang bahkan tergerak untuk membantu.

Amankah berdonasi untuk kampanye penggalangan dana di media sosial?

Media sosial sebagai platform menjaring network, memiliki peran penting dalam persebaran informasi. Ditambah dengan kecenderungan masyarakat untuk addicted kepada media sosial, menjadikannya media penyebar informasi yang cepat, efektif dan efisien. Permasalahannya adalah, apakah semua informasi yang disebar di media sosial memang benar seperti itu? Di dalam media sosial memang sudah dilengkapi filter untuk konten-konten yang memerlukan sensor, namun belum ada filter untuk hoax dan penipuan.

Termasuk dalam penggalangan dana. Kita sering melihat postingan permintaan bantuan dana bagi orang sakit, atau korbam bencana, dan lain sebagainya. Postingan ini bisa jadi memang info yang valid dan benar-benar orang yang membutuhkan pertolongan. Namun, dengan tidak adanya filter atau kontrol terhadap konten yang dishare, akan menjadikan media sosial lahan untuk penipuan.

Femina melansir hasil penelitian yang dilakukan Symantec, sebuah perusahaan software dari Califormia, Amerika Serikat. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa Indonesia masuk dalam posisi ke-13 tertinggi se-Asia Pasifik untuk hal penipuan melalui media sosial. Hal ini didasarkan pada survei yang mereka lakukan pada tahun 2015.

Salah satu kasus penipuan dengan menggunakan modus penggalangan dana lewat internet diberitakan oleh Republika pada tanggal 12 Oktober 2018. Pelaku mengatasnamakan korban gempa Palu-Donggala untuk menarik masyarakat memberikan bantuan. Ia menggunakan sms dan media sosial sebagai sarana menyebarkan kampanye.

Penyalahgunaan internet untuk penipuan ini telah diatur dalam Undang-undang No. 11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pelakunya dapat diancam dengan hukuman 6 tahun penjara dan denda sebesar 1 milyar rupiah.

Cara Berdonasi yang Aman

Meskipun ada oknum-oknum yang berusaha mendapat keuntungan dari penderitaan orang lain, ada banyak orang yang benar-benar membutuhkan uluran tangan. Donatur perlu menjadi cerdas dan bijak memilih cara memberikan bantuan, agar bantuan tersebut benar-benar sampai kepada yang membutuhkan. Pastikan bahwa lembaga, media, maupun platform yang dipilih memiliki kredibilitas yang baik dan terpercaya.

Bagi penggalang dana yang serius dan benar-benar membutuhkan bantuan, hendaknya juga dapat membuktikan kredibilitasnya. Berikut ini tips untuk membuktikan kampanye penggalangan dana Anda terpercaya:

  • Berikan informasi akurat, lebih baik jika ada dokumen resmi pemerintah yang menyatakan bahwa penggalang dana diberi ijin berkampanye dan menggalang bantuan sesuai alasan yang dimaksud.
  • Buatlah laporan penggunaan dana yang transparan.
  • Update laporan secara periodik agar masyarakat lebih percaya dan yakin untuk memberikan sumbangan.
  • Berikan update foto, artikel, video, atau dokumen lain sebagai bukti kuat penyaluran sumbangan.

Saat ini, sudah banyak platform crowdfunding yang terpercaya, yang memberikan sarana penggalangan dana valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu contohnya adalah Airfunding. Dalam platform ini, Anda dapat memilih mana yang layak untuk didanai. Anda dapat melihat latar belakang kampanye, besar dana yang dibutuhkan, berapa dana yang sudah terkumpul, dan update-update mengenai kampanye tersebut, jadi Anda tidak akan bertanya-tanya apakah kampanye tersebut valid atau tidak.

Lewat platform crowdfunding, kampanye penggalangan dana dapat dibagikan melalui media sosial. Dengan fitur bagikan tautan, penggalang dana dapat menyebarkan kampanyenya secara lebih luas kepada jaringannya.

Kesimpulan

Dalam memilih kampanye yang akan didanai, Anda juga harus bijak. Terdapat beberapa kasus orang menjadi malas setelah mendapat bantuan, dan terus mengharapkan belas kasihan orang lain. Ada baiknya mempertimbangkan kampanye yang memiliki visi ke depan untuk mandiri, seperti rencana bisnis atau pendidikan. Dukungan Anda pada keinginan seseorang untuk maju, akan memberi manfaat yang berkelanjutan. Anda tidak hanya memberikan seseorang uang untuk makam pada hari itu, namun Anda berkontribusi agar ia mampu memenuhi kebutuhannya sendiri hingga masa mendatang dam tidak lagi hidup dengan terus menerus dalam rasa iba orang lain.

Comments
Comments are closed.